Selasa, 15 Januari 2013

Zakat (ajaran Islam) Vs Persepuluhan (ajaran Kristen); Antara yang Rasional dan Ketidakpatuhan!

Oleh: Surya Yaya

Kewajiban zakat (dalam Islam), memiliki faedah dan maslahat yang besar. Di antaranya adalah sebagai bentuk bantuan kepada fakir miskin dalam memenuhi kebutuhan- kebutuhannya. Begitu pula, untuk membersihkan jiwa orang yang mengeluarkannya sehingga memiliki sifat kasih sayang, kepedulian, serta terbebas dari sifat yang tercela seperti bakhil, kikir, dan semisalnya.

Disamping itu, kewajiban zakat ini juga bisa menghilangkan pada diri fakir miskin sifat iri, dengki, serta menginginkan apa yang dimiliki orang lain. Sehingga dengan ditunaikannya kewajiban zakat ini, akan terwujud hubungan yang penuh kasih sayang dan saling menghormati terutama di antara orang yang kaya dengan fakir miskin. Allah Shubhanah wa ta'ala menyebutkan dalam firman-Nya:

(artinya) “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, yang dengan zakat itu kamu akan membersihkan mereka (dari akhlak yang jelek) dan menyucikan mereka (sehingga memiliki akhlak yang mulia) serta berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (At-Taubah: 103)

Dan untuk mengetahui sejauh mana kesempurnaan ajaran kedua agama (Islam-Kristen), dalam hal Zakat ini-- yang kalau dalam ajaran Kristen biasa disebut dengan Persepuluhan, berikut kami tampilkan pandangan masing- masing agama, semoga bisa mencerahkan.

Pendapat Amos (Pendeta Nehemia)

Mengeluarkan Zakat

Menurut Surat 9 At Taubah ayat 60 setiap orang muslim harus memberikan zakat atau sedekah kepada fakir miskin pengurus zakat, muallaf (orang yang condong menjadi muslim) musafir, fisabilillah (keperluan agama, pesantren dll). Besarnya zakat atau sedekah yang dikeluarkan ialah 2,5% dari kekayaan yang tertimbun dalam satu tahun.

Memberikan zakat atau sedekah sebagaimana yang diwajibkan dalam Taurat dan Injil berupa perpuluhan dan persembahan, juga diterapkan dalam rukun Islam yang ketiga ini. Dengan demikian rukun Islam yang ketiga pun mengandung unsur-unsur Taurat dan Injil. (hal. 42-43)

Tanggapan H. Ihsan L.S. Mokoginta (Wenseslaus; Mantan Pendeta)

Seperti yang pernah kami jelaskan terdahulu, bahwa kalaupun dalam Al Qur'an terdapat persamaan dengan apa yang ada dalam Taurat dan Injil, itu tidak berarti bahwa Al Qur'an menjiplak dari Alkitab (Bibel) milik anda. Persamaan itu karena sumbernya satu, yaitu sama-sama berasal dari Allah Shubhanahu wa ta'ala. Barangkali di sinilah letak kekeliruan pemikiran Himar Amos yang buta akan Al Qur'an maupun Bibel, kitab sucinya sendiri.

Mengingat kondisi Alkitab (Bibel) belum sempurna, bahkan telah diubah, ditambah, dan banyaknya kebenaran yang disembunyikan di dalamnya, maka diturunkanlah Al Qur'an untuk menyempurnakan sekaligus mengganti kitab tersebut.

Zakat dalam ajaran Al Qur'an, berbeda dengan persepuluhan dalam Bibel. Jika berbeda, tentu salah satu dari dua pasti lebih baik, lebih unggul dan lebih sesuai dengan kemajuan zaman. Untuk itu, mari kita uji.

1. Zakat dalam Al Qur'an

Dalam Al Qur'an, zakat diwajibkan hanya setahun sekali atas barang-barang yang telah dimiliki selama satu tahun penuh, yang nilainya telah mencapai batas-batas ukuran yang disebut nisab.

Jenis yang harus dizakati antara lain, emas dan perak (At Taubah 34), hasil pertanian (Al An'aam 141), laba perniagaan (Al Baqarah 267), tambang (Al Baqarah 267) dan ternak.

Besarnya zakat, hampir semuanya berlaku 2,5 % saja, itupun jika sudah sampai nisab dan haulnya. Jadi segala sesuatu sudah ada aturan mainnya. Yang diberlakukan zakat 10% hanya dari hasil pertanian saja, itupun masih bersyarat.

2. Persepuluhan dalam Bibel

Persepuluhan yaitu mengeluarkan 10 % (sepuluh persen) dari hasil pertanian dan peternakan sebagaimana ayat berikut:

"Demikian juga segala persembahan persepuluhan dari tanah, baik dari hasil benih di tanah maupun dari buah pohon-pohonan,adalah milik TUHAN; itulah persembahan kudus bagi TUHAN. Tetapi jikalau seseorang mau menebus juga sebagian dari persembahan persepuluhannya itu, maka ia harus menambah seperlima. Mengenai segala persembahan persepuluhan dari lembu sapi atau kambing domba, maka dari segala yang lewat dari bawah tongkat gembala waktu dihitung, setiap yang kesepuluh harus menjadi persembahan kudus bagi TUHAN" (Imamat 27:30-32).

Dari bunyi ayat di atas, jelas bahwa persepuluhan itu hanya untuk jenis pertanian dan peternakan saja. Apabila kesulitan dalam menyalurkan persepuluhan tersebut karena tempatnya jauh, maka boleh diberikan berupa uang senilai barang yang dihitung menurut persepuluhan, sesuai dengan ayat berikut:

"Haruslah engkau benar-benar mempersembahkan sepersepuluh dari seluruh hasil benih yang tumbuh di ladangmu, tahun demi tahun. Di hadapan TUHAN, Allahmu, di tempat yang akan dipilih-Nya untuk membuat nama-Nya diam di sana, haruslah engkau memakan persembahan persepuluhan dari gandummu, dari anggurmu dan minyakmu, ataupun dari anak-anak sulung lembu sapimu dan kambing dombamu, supaya engkau belajar untuk selalu takut akan TUHAN, Allahmu. Apabila, dalam hal engkau diberkati TUHAN, Allahmu, jalan itu terlalu jauh bagimu, sehingga engkau tidak dapat mengangkutnya, karena tempat yang akan dipilih TUHAN untuk menegakkan nama-Nya di sana terlalu jauh dari tempatmu, maka haruslah engkau menguangkannya dan membawa uang itu dalam bungkusan dan pergi ke tempat yang akan dipilih TUHAN. Allahmu" (Ulangan 14:22-25).

Jadi dalam Bibel tidak ada yang mengatur soal persepuluhan dari uang tunai baik berupa gaji, deposito, emas, perak serta barang dagangan lainnya selain daripada hasil pertanian dan peternakan.

Selama ini, persepuluhan itu diberlakukan pada segala penghasilan berupa apapun, sehingga gaji pegawai juga dipotong 10 % sebelum diterima oleh yang berhak. Bagi pedagang, diwajibkan menyetor sepersepuluh dari penghasilan mereka kepada pimpinan mereka.

Akibatnya, dewasa ini di negara Amerika dan Eropa yang mayoritas beragama Kristen menyatakan keluar dari agama Kristen supaya gaji mereka tidak dipotong 10% lagi. Oleh sebab itu jangan heran jika di negara- negara Eropa seperti Belanda dan Amerika, ternyata 51 % warganya tidak punya agama. Sebab persepuluhan itu ternyata memberatkan mereka, padahal mereka tidak aktif ke gereja. Itulah yang terjadi di negara Eropa dan Amerika.

Setelah memperbandingkan ajaran zakat dalam Islam dengan persepuluhan dalam Kristen, terbukti bahwa umat Islam jauh lebih patuh dari umat Kristen dalam hal zakat dan persepuluhan.

Apakah anda pernah mendengar ada orang Islam yang berhenti jadi orang Islam atau keluar dari Islam hanya karena takut bayar zakat? Tidak ada, bukan? Bahkan umat Islam sendiri yang menghitung besar zakatnya untuk dikeluarkan demi membersihkan hartanya.

Umat Islam tidak merasa terpaksa dalam hal mengeluarkan zakatnya. Rasanya sangat jarang ada orang Kristen yang punya penghasilan besar, lalu mau mengeluarkan sepersepuluh dari penghasilannya. Sangat disayangkan, hanya sekedar menghindar dari perpuluhan, sebagian umat Kristen di Eropa dan Amerika keluar dari agama Kristen. Ini tentu sangat tragis sekali, padahal mestinya mereka harus patuh, jika ajaran persepuluhan itu benar-benar wahyu Allah.

Jika tidak percaya silahkan anda cek ke Eropa, apakah benar atau tidak bahwa persepuluhan itu sudah ditinggalkan oleh mereka sendiri. Bahkan banyak yang sudah beralih pindah ke Islam, sebab menurut mereka Islam agama yang rasional!

sumber:
http://myquran.org
http://asysyariah.com /
http://muslimsoul.heck.in/zakat-ajaran-islam-vs-persepuluhan-ajara.xhtml
berbagai sumber