Oleh: Surya Yaya
Kewajiban zakat (dalam Islam), memiliki faedah dan maslahat yang besar. Di antaranya adalah sebagai bentuk bantuan kepada fakir miskin dalam memenuhi kebutuhan- kebutuhannya. Begitu pula, untuk membersihkan jiwa orang yang mengeluarkannya sehingga memiliki sifat kasih sayang, kepedulian, serta terbebas dari sifat yang tercela seperti bakhil, kikir, dan semisalnya.
Disamping itu, kewajiban zakat ini juga bisa menghilangkan pada diri fakir miskin sifat iri, dengki, serta menginginkan apa yang dimiliki orang lain. Sehingga dengan ditunaikannya kewajiban zakat ini, akan terwujud hubungan yang penuh kasih sayang dan saling menghormati terutama di antara orang yang kaya dengan fakir miskin. Allah Shubhanah wa ta'ala menyebutkan dalam firman-Nya:
(artinya) “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, yang dengan zakat itu kamu akan membersihkan mereka (dari akhlak yang jelek) dan menyucikan mereka (sehingga memiliki akhlak yang mulia) serta berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (At-Taubah: 103)
Dan untuk mengetahui sejauh mana kesempurnaan ajaran kedua agama (Islam-Kristen), dalam hal Zakat ini-- yang kalau dalam ajaran Kristen biasa disebut dengan Persepuluhan, berikut kami tampilkan pandangan masing- masing agama, semoga bisa mencerahkan.
Pendapat Amos (Pendeta Nehemia)
Mengeluarkan Zakat
Menurut Surat 9 At Taubah ayat 60 setiap orang muslim harus memberikan zakat atau sedekah kepada fakir miskin pengurus zakat, muallaf (orang yang condong menjadi muslim) musafir, fisabilillah (keperluan agama, pesantren dll). Besarnya zakat atau sedekah yang dikeluarkan ialah 2,5% dari kekayaan yang tertimbun dalam satu tahun.
Memberikan zakat atau sedekah sebagaimana yang diwajibkan dalam Taurat dan Injil berupa perpuluhan dan persembahan, juga diterapkan dalam rukun Islam yang ketiga ini. Dengan demikian rukun Islam yang ketiga pun mengandung unsur-unsur Taurat dan Injil. (hal. 42-43)
Tanggapan H. Ihsan L.S. Mokoginta (Wenseslaus; Mantan Pendeta)
Seperti yang pernah kami jelaskan terdahulu, bahwa kalaupun dalam Al Qur'an terdapat persamaan dengan apa yang ada dalam Taurat dan Injil, itu tidak berarti bahwa Al Qur'an menjiplak dari Alkitab (Bibel) milik anda. Persamaan itu karena sumbernya satu, yaitu sama-sama berasal dari Allah Shubhanahu wa ta'ala. Barangkali di sinilah letak kekeliruan pemikiran Himar Amos yang buta akan Al Qur'an maupun Bibel, kitab sucinya sendiri.
Mengingat kondisi Alkitab (Bibel) belum sempurna, bahkan telah diubah, ditambah, dan banyaknya kebenaran yang disembunyikan di dalamnya, maka diturunkanlah Al Qur'an untuk menyempurnakan sekaligus mengganti kitab tersebut.
Zakat dalam ajaran Al Qur'an, berbeda dengan persepuluhan dalam Bibel. Jika berbeda, tentu salah satu dari dua pasti lebih baik, lebih unggul dan lebih sesuai dengan kemajuan zaman. Untuk itu, mari kita uji.
1. Zakat dalam Al Qur'an
Dalam Al Qur'an, zakat diwajibkan hanya setahun sekali atas barang-barang yang telah dimiliki selama satu tahun penuh, yang nilainya telah mencapai batas-batas ukuran yang disebut nisab.
Jenis yang harus dizakati antara lain, emas dan perak (At Taubah 34), hasil pertanian (Al An'aam 141), laba perniagaan (Al Baqarah 267), tambang (Al Baqarah 267) dan ternak.
Besarnya zakat, hampir semuanya berlaku 2,5 % saja, itupun jika sudah sampai nisab dan haulnya. Jadi segala sesuatu sudah ada aturan mainnya. Yang diberlakukan zakat 10% hanya dari hasil pertanian saja, itupun masih bersyarat.
2. Persepuluhan dalam Bibel
Persepuluhan yaitu mengeluarkan 10 % (sepuluh persen) dari hasil pertanian dan peternakan sebagaimana ayat berikut:
"Demikian juga segala persembahan persepuluhan dari tanah, baik dari hasil benih di tanah maupun dari buah pohon-pohonan,adalah milik TUHAN; itulah persembahan kudus bagi TUHAN. Tetapi jikalau seseorang mau menebus juga sebagian dari persembahan persepuluhannya itu, maka ia harus menambah seperlima. Mengenai segala persembahan persepuluhan dari lembu sapi atau kambing domba, maka dari segala yang lewat dari bawah tongkat gembala waktu dihitung, setiap yang kesepuluh harus menjadi persembahan kudus bagi TUHAN" (Imamat 27:30-32).
Dari bunyi ayat di atas, jelas bahwa persepuluhan itu hanya untuk jenis pertanian dan peternakan saja. Apabila kesulitan dalam menyalurkan persepuluhan tersebut karena tempatnya jauh, maka boleh diberikan berupa uang senilai barang yang dihitung menurut persepuluhan, sesuai dengan ayat berikut:
"Haruslah engkau benar-benar mempersembahkan sepersepuluh dari seluruh hasil benih yang tumbuh di ladangmu, tahun demi tahun. Di hadapan TUHAN, Allahmu, di tempat yang akan dipilih-Nya untuk membuat nama-Nya diam di sana, haruslah engkau memakan persembahan persepuluhan dari gandummu, dari anggurmu dan minyakmu, ataupun dari anak-anak sulung lembu sapimu dan kambing dombamu, supaya engkau belajar untuk selalu takut akan TUHAN, Allahmu. Apabila, dalam hal engkau diberkati TUHAN, Allahmu, jalan itu terlalu jauh bagimu, sehingga engkau tidak dapat mengangkutnya, karena tempat yang akan dipilih TUHAN untuk menegakkan nama-Nya di sana terlalu jauh dari tempatmu, maka haruslah engkau menguangkannya dan membawa uang itu dalam bungkusan dan pergi ke tempat yang akan dipilih TUHAN. Allahmu" (Ulangan 14:22-25).
Jadi dalam Bibel tidak ada yang mengatur soal persepuluhan dari uang tunai baik berupa gaji, deposito, emas, perak serta barang dagangan lainnya selain daripada hasil pertanian dan peternakan.
Selama ini, persepuluhan itu diberlakukan pada segala penghasilan berupa apapun, sehingga gaji pegawai juga dipotong 10 % sebelum diterima oleh yang berhak. Bagi pedagang, diwajibkan menyetor sepersepuluh dari penghasilan mereka kepada pimpinan mereka.
Akibatnya, dewasa ini di negara Amerika dan Eropa yang mayoritas beragama Kristen menyatakan keluar dari agama Kristen supaya gaji mereka tidak dipotong 10% lagi. Oleh sebab itu jangan heran jika di negara- negara Eropa seperti Belanda dan Amerika, ternyata 51 % warganya tidak punya agama. Sebab persepuluhan itu ternyata memberatkan mereka, padahal mereka tidak aktif ke gereja. Itulah yang terjadi di negara Eropa dan Amerika.
Setelah memperbandingkan ajaran zakat dalam Islam dengan persepuluhan dalam Kristen, terbukti bahwa umat Islam jauh lebih patuh dari umat Kristen dalam hal zakat dan persepuluhan.
Apakah anda pernah mendengar ada orang Islam yang berhenti jadi orang Islam atau keluar dari Islam hanya karena takut bayar zakat? Tidak ada, bukan? Bahkan umat Islam sendiri yang menghitung besar zakatnya untuk dikeluarkan demi membersihkan hartanya.
Umat Islam tidak merasa terpaksa dalam hal mengeluarkan zakatnya. Rasanya sangat jarang ada orang Kristen yang punya penghasilan besar, lalu mau mengeluarkan sepersepuluh dari penghasilannya. Sangat disayangkan, hanya sekedar menghindar dari perpuluhan, sebagian umat Kristen di Eropa dan Amerika keluar dari agama Kristen. Ini tentu sangat tragis sekali, padahal mestinya mereka harus patuh, jika ajaran persepuluhan itu benar-benar wahyu Allah.
Jika tidak percaya silahkan anda cek ke Eropa, apakah benar atau tidak bahwa persepuluhan itu sudah ditinggalkan oleh mereka sendiri. Bahkan banyak yang sudah beralih pindah ke Islam, sebab menurut mereka Islam agama yang rasional!
sumber:
http://myquran.org
http://asysyariah.com /
http://muslimsoul.heck.in/zakat-ajaran-islam-vs-persepuluhan-ajara.xhtml
berbagai sumber
Selasa, 15 Januari 2013
Sabtu, 05 Januari 2013
Zodiac Murders, Tokyo
Tokyo Zodiac Murders, bagi pecinta film misteri dan detektif tentu akan ingat film Zodiac, film yang dirilis tahun 2007 tentang pembunuh berantai yang tidak tertangkap hingga dia meninggal sekitar 30 tahun sejak melakukan pembunuhan pertamanya. Tetapi tidak, buku ini tidak diinspirasi dari film itu, bahkan jika buku ini dibuat film, menurut saya akan lebih hebat dari film itu.
Di awal cerita (prolog), anda disuguhkan surat terakhir peninggalan dari sang pembunuh sepanjang 30 halaman, yang isinya banyak berhubungan dengan motif pembunuhan. Sang pembunuh percaya ia dapat membangkitkan dewi yang akan menyelamatkan Jepang dengan mengorbankan 6 anaknya (yang kebetulan zodiaknya berbeda-beda dan sesuai keperluan ritual pengorbanan) dan memutilasi lalu menggabungkan potongan-potongan tubuh mereka. Dia banyak menceritakan astrologi, yang menunjukkan ketertarikannya pada astrologi, cukup aneh mengingat pekerjaannya adalah pelukis. Tetapi semua pembunuh berantai di film atau buku-buku memang aneh dan menderita gangguan mental, mungkin di dunia nyata juga seperti itu.
Kita lalu diperkenalkan pada Kiyoshi Mitarai, seorang peramal yang kadang mengambil pekerjaan sebagai detektif lepas, hobi lebih tepatnya, karena dia hanya mencari kepuasan dari memecahkan kasus-kasus yang ditanganinya. Cerita diambil dari sudut pandang Kazumi Ishioka, penggemar berat misteri, sekaligus teman baik Mitarai. Hubungan mereka menurut saya mirip seperti Holmes dan Watson. Perbedaannya di sini, Ishioka lebih aktif dalam hal penyelidikan dibanding Watson, bahkan di tengah-tengah cerita mereka berpisah jalan untuk menjalani penyelidikan masing-masing.
Seperti Holmes, Mitarai nyentrik, pribadi yang aneh (tetapi tidak sampai menderita gangguan mental) berotak cemerlang. Dia bahkan mengkritik Holmes di awal cerita tentang "glitch" dalam karya Arthur Conan Doyles tersebut, yang tidak pernah saya sadari saat membaca Sherlock Holmes. "Glitch" dalam "Sabuk Berbintik" misalnya,
Kemampuan deduksi Mitarai menurut saya setara dengan Holmes, walaupun metode penyelidikannya sangat berbeda dengan Holmes. Mitarai menggabungkan fakta-fakta, dan bertumpu pada brainstorming sedangkan Holmes lebih suka melakukan penyelidikan lapangan.
Buku ini dapat menyerap anda masuk ke dalam cerita, entah sebagai orang ketiga, sebagai pembunuh, atau Ishioka. Gaya cerita Soji Shimada, penulis buku ini, seperti air yang mengalir tenang di sungai, yang kadang menemui air terjun, penuh berbagai informasi yang harus anda cerna terlebih dahulu, karena Soji Shimada memasukkan berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan kasus ini, sehingga ia menantang pembaca untuk memecahkannya di akhir cerita.
Seperti game RPG, anda akan merasa ikut menjadi pendamping Mitarai memecahkan kasus, atau bahkan ingin ikut memecahkan kasus ini sendiri. Bahkan hingga seminggu setelah selesai membaca buku ini, saya masih merasa menyesal, seakan-akan saya yang membunuh dan melakukan mutilasi, dan membayangkan proses dan hasil mutilasi (hii!). Penggemar cerita misteri seharusnya membaca buku ini (dan menonton film Zodiac jika belum).
![]() |
Zodiac (2007) |
Kita lalu diperkenalkan pada Kiyoshi Mitarai, seorang peramal yang kadang mengambil pekerjaan sebagai detektif lepas, hobi lebih tepatnya, karena dia hanya mencari kepuasan dari memecahkan kasus-kasus yang ditanganinya. Cerita diambil dari sudut pandang Kazumi Ishioka, penggemar berat misteri, sekaligus teman baik Mitarai. Hubungan mereka menurut saya mirip seperti Holmes dan Watson. Perbedaannya di sini, Ishioka lebih aktif dalam hal penyelidikan dibanding Watson, bahkan di tengah-tengah cerita mereka berpisah jalan untuk menjalani penyelidikan masing-masing.
Seperti Holmes, Mitarai nyentrik, pribadi yang aneh (tetapi tidak sampai menderita gangguan mental) berotak cemerlang. Dia bahkan mengkritik Holmes di awal cerita tentang "glitch" dalam karya Arthur Conan Doyles tersebut, yang tidak pernah saya sadari saat membaca Sherlock Holmes. "Glitch" dalam "Sabuk Berbintik" misalnya,
"Kisahnya tentang seekor ular, betul? Kalau kau menyimpan seekor ular dalam brankas, sebentar saja dia akan kehilangan oksigen. Dan seandainya dia bertahan hidup, ular tidak minum susu. Apa kau pernah melihat reptil menyusui bayinya? Hanya mamalia yang melakukan itu. Dan bagaimana dengan pria yang bersiul memanggil ular? Pada kenyataannya ular tidak dapat dilatih. Mereka tidak punya telinga, jadi bagaimana mereka bisa menuruti perintah seorang pria? Ini masalah logika."
![]() |
Salah satu kisah Holmes yang dikritik Mitarai |
Buku ini dapat menyerap anda masuk ke dalam cerita, entah sebagai orang ketiga, sebagai pembunuh, atau Ishioka. Gaya cerita Soji Shimada, penulis buku ini, seperti air yang mengalir tenang di sungai, yang kadang menemui air terjun, penuh berbagai informasi yang harus anda cerna terlebih dahulu, karena Soji Shimada memasukkan berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan kasus ini, sehingga ia menantang pembaca untuk memecahkannya di akhir cerita.
Denah TKP, informasi yang bagus untuk memecahkan pembunuhan bukan? |
Jumat, 04 Januari 2013
trauma, pasca, penyesalan
"Penyesalan selalu datang terlambat."
"Nasi sudah menjadi bubur."
Ya, penyesalan memang selalu datang terlambat, jika datang duluan, bukan penyesalan namanya. Mungkin diantara kita ada yang pernah merasakan penyesalan akan tindakan2 di masa lalu, bagaimanapun juga, hal yang sudah berlalu tidak bisa dirubah lagi hanya bisa dijadikan pelajaran.
Diantara penyesalan yang ada di hati saya sekarang ini adalah kekalahan, kekalahan dalam suatu turnamen, tidak perlu disebut turnamen apa dan apa. Saat itu saya kapten tim, dan hingga kini, kekalahan di final itu terus menerus saya pikirkan dan sesalkan. "Move on dong !" pasti nasihat pertama orang-orang yang membaca ini. Tidak semudah itu, dan tidak sesederhana itu.
Dapat kita lihat di film Rambo, First Blood, post traumatic disorder pasca perang menyerang Rambo. Dia terus membayangkan teman-temannya yang tewas di dekatnya, sebagai satu-satunya orang yang selamat dari timnya, tentulah penyesalan yang sangat dalam ada di dirinya. Walaupun Rambo adalah karya fiksi, tetapi penyakit veteran perang adalah nyata, benar adanya. Diantara nama perang bahkan disebut sebagai penggolongan berbagai penyakit, Gulf War Syndrome. Dimana sindrom ini melanda para veteran Perang Teluk.
Tentu saja, dalam kasus saya tidak separah itu, tatapi hingga kini, saya masih terus memikirkan skenario-skenario lain dalam pertandingan final yang sangat menentukan itu. Memikirkan apa saja yang dapat, yang seharusnya saya lakukan untuk memenangkan pertandingan, memikirkan wajah teman-teman saya yang kecewa, sedih. Saya tidak tahu bagaimana perasaan teman-teman satu tim saya saat ini tentang pertandingan itu, tetapi pasti di lubuk hati mereka masih ada penyesalan.
Sungguh, bagi seseorang yang tidak menyukai kekalahan, seseorang yang berjiwa pemenang, satu kekalahan dapat merubah hidupnya.
“Anyone can deal with victory. Only the mighty can bear defeat.”
― Adolf Hitler
"Nasi sudah menjadi bubur."
Ya, penyesalan memang selalu datang terlambat, jika datang duluan, bukan penyesalan namanya. Mungkin diantara kita ada yang pernah merasakan penyesalan akan tindakan2 di masa lalu, bagaimanapun juga, hal yang sudah berlalu tidak bisa dirubah lagi hanya bisa dijadikan pelajaran.
Diantara penyesalan yang ada di hati saya sekarang ini adalah kekalahan, kekalahan dalam suatu turnamen, tidak perlu disebut turnamen apa dan apa. Saat itu saya kapten tim, dan hingga kini, kekalahan di final itu terus menerus saya pikirkan dan sesalkan. "Move on dong !" pasti nasihat pertama orang-orang yang membaca ini. Tidak semudah itu, dan tidak sesederhana itu.
Dapat kita lihat di film Rambo, First Blood, post traumatic disorder pasca perang menyerang Rambo. Dia terus membayangkan teman-temannya yang tewas di dekatnya, sebagai satu-satunya orang yang selamat dari timnya, tentulah penyesalan yang sangat dalam ada di dirinya. Walaupun Rambo adalah karya fiksi, tetapi penyakit veteran perang adalah nyata, benar adanya. Diantara nama perang bahkan disebut sebagai penggolongan berbagai penyakit, Gulf War Syndrome. Dimana sindrom ini melanda para veteran Perang Teluk.
Tentu saja, dalam kasus saya tidak separah itu, tatapi hingga kini, saya masih terus memikirkan skenario-skenario lain dalam pertandingan final yang sangat menentukan itu. Memikirkan apa saja yang dapat, yang seharusnya saya lakukan untuk memenangkan pertandingan, memikirkan wajah teman-teman saya yang kecewa, sedih. Saya tidak tahu bagaimana perasaan teman-teman satu tim saya saat ini tentang pertandingan itu, tetapi pasti di lubuk hati mereka masih ada penyesalan.
Sungguh, bagi seseorang yang tidak menyukai kekalahan, seseorang yang berjiwa pemenang, satu kekalahan dapat merubah hidupnya.
“Anyone can deal with victory. Only the mighty can bear defeat.”
― Adolf Hitler
Kamis, 06 Desember 2012
Quality, Quantity?
Kali ini penulis hanya ingin menempatkan pemikirannya yang agak sedikit ngaco di blog. Pemikiran tentang macam-macam orang yang menulis, nge-blog, atau apa pun yang berhubungan dengan menulis atau nge-blog.
Akhir-akhir ini penulis sering melihat orang-orang yang punya target sendiri untuk nge-blog, harus nulis sekian artikel dalam sebulan misalnya, seperti dikejar deadline. Ada juga yang membuat blog untuk mencari uang dengan berbagai cara. Jenis yang pertama yang agak aneh.
Menurut penulis, seorang profesional wajar saja dikejar deadline, karena dia dibayar untuk menulis, seorang mangaka misalnya, diharuskan membuat name(manuskrip) rata-rata 17 halaman setiap minggunya yang sangat sulit dilakukan. Tetapi karena ia seorang profesional, tentu saja harus dilakukan, dan bisanya seorang mangaka menikmati pekerjaannya walaupun dengan workload yang melebihi kemampuan manusia sekalipun, mungkin karena itu mereka disebut sensei.
Tetapi para blogger yang menetapkan target ke diri mereka, bisa dibilang tidak menikmati hidup, bisa juga tidak menikmati menulis. Karena mereka harus memaksakan diri mereka membuat sekian tulisan per bulan, meskipun tulisan tersebut kurang berbobot, bahkan kurang berbobot. Jelas saja tidak berbobot, dipaksakan menulis saat belum ada inspirasi. Bahkan penulis hebat pun butuh inspirasi saat menulis.
Hasil tulisan mereka jadinya banyak, tetapi kurang menarik. Coba bandingkan, lebih baik banyak tulisan kurang menarik, atau sedikit tulisan yang sangat menarik? Ya jelas yang sedikit tapi menarik dan bagus, tetapi kalau niatnya untuk latihan mungkin lain ceritanya. Mungkin tujuan mereka untuk menambah hits blog mereka, tetapi jika begitu, mereka intinya mencari ketenaran dong, bukan sekedar menulis karena suka menulis. Lain lagi kasusnya jika ingin menambah pay-per-click, itu namanya nyari duit.
Yah, segitulah pemikiran ngaco hari ini. Ini cuma pemikiran penulis, pasti banyak yang bilang, "Ya urusan gw lah mau nyari tenar kek, mau bikin target kek!". Penulis cuma bisa jawab, "Ya urusan gw lah mau ngebahas ini kek, mau ngebahas itu kek di blog!". Hahaha, silly.
Akhir-akhir ini penulis sering melihat orang-orang yang punya target sendiri untuk nge-blog, harus nulis sekian artikel dalam sebulan misalnya, seperti dikejar deadline. Ada juga yang membuat blog untuk mencari uang dengan berbagai cara. Jenis yang pertama yang agak aneh.
Menurut penulis, seorang profesional wajar saja dikejar deadline, karena dia dibayar untuk menulis, seorang mangaka misalnya, diharuskan membuat name(manuskrip) rata-rata 17 halaman setiap minggunya yang sangat sulit dilakukan. Tetapi karena ia seorang profesional, tentu saja harus dilakukan, dan bisanya seorang mangaka menikmati pekerjaannya walaupun dengan workload yang melebihi kemampuan manusia sekalipun, mungkin karena itu mereka disebut sensei.
Tetapi para blogger yang menetapkan target ke diri mereka, bisa dibilang tidak menikmati hidup, bisa juga tidak menikmati menulis. Karena mereka harus memaksakan diri mereka membuat sekian tulisan per bulan, meskipun tulisan tersebut kurang berbobot, bahkan kurang berbobot. Jelas saja tidak berbobot, dipaksakan menulis saat belum ada inspirasi. Bahkan penulis hebat pun butuh inspirasi saat menulis.
Hasil tulisan mereka jadinya banyak, tetapi kurang menarik. Coba bandingkan, lebih baik banyak tulisan kurang menarik, atau sedikit tulisan yang sangat menarik? Ya jelas yang sedikit tapi menarik dan bagus, tetapi kalau niatnya untuk latihan mungkin lain ceritanya. Mungkin tujuan mereka untuk menambah hits blog mereka, tetapi jika begitu, mereka intinya mencari ketenaran dong, bukan sekedar menulis karena suka menulis. Lain lagi kasusnya jika ingin menambah pay-per-click, itu namanya nyari duit.
Yah, segitulah pemikiran ngaco hari ini. Ini cuma pemikiran penulis, pasti banyak yang bilang, "Ya urusan gw lah mau nyari tenar kek, mau bikin target kek!". Penulis cuma bisa jawab, "Ya urusan gw lah mau ngebahas ini kek, mau ngebahas itu kek di blog!". Hahaha, silly.
Jumat, 23 November 2012
stress
you can't rely on hope
hope will hurt you
then you will hope
that you don't have any hope
hope too high
then you'll crash
hope too low
and you won't achieve anything
don't hope on something
you really hope it will happen
you'll feel so hopeful
it won't happen
then you'll feel miserable
not hoping anything
don't hope
dream
dream so high
until you punch those stars
hope will hurt you
then you will hope
that you don't have any hope
hope too high
then you'll crash
hope too low
and you won't achieve anything
don't hope on something
you really hope it will happen
you'll feel so hopeful
it won't happen
then you'll feel miserable
not hoping anything
don't hope
dream
dream so high
until you punch those stars
Rabu, 31 Oktober 2012
Turopiko? Memimpin? Dipimpin?
![]() |
Napoleon memimpin pasukannya melintasi Alpen di atas kudanya, Marengo |
Pemimpin hebat biasanya memiliki pengikut yang hebat, karena tanpa
pengikut, apa yang mau dipimpin? Tanpa pengikut yang mendukung
pemimpinnya, bagaimana dapat dipimpin?
"The leaders who work most effectively, it seems to me, never say “I.” And that’s not because they have trained themselves not to say “I.” They don’t think “I.” They think “we”; they think “team.” They understand their job to be to make the team function. They accept responsibility and don’t sidestep it, but “we” gets the credit…. This is what creates trust, what enables you to get the task done."
Peter Drucker
"The best executive is the one who has sense enough to pick good men to do what he wants done, and self-restraint to keep from meddling with them while they do it."
Theodore Roosevelt
![]() |
Lao Tzu |
Pengikut yang baik akan mendukung pemimpin menjadi lebih baik, walaupun
tidak mendukung semua kebijakannya. Karena nantinya pemimpin akan
menjadi pengikut maka dia harus bisa menjadi pengikut yang baik,
begitupun sebaliknya. Luffy dan awaknya, George S. Patton dengan
"Patton's Ghost"-nya, Jenderal Soedirman dengan pengikutnya yang (setahu
penulis) tidak pernah mengkhianatinya hingga lawan tidak mengetahui
pergerakannya (no rats in his followers).
Tropico, salah satu game tentang memimpin suatu negara, pulau lebih tepatnya, dapat membuat kita merasakan sulitnya memimpin sekelompok orang, satu pulau. Memimpin sekelompok orang bukan hal yang mudah, mengatur mereka, memberi contoh yang baik, menerima setiap aspirasi. Apalagi memimpin suatu negara? Di game ini kita hanya memimpin suatu pulau, walaupun begitu, cukup kompleks, alur kepemimpinan di Tropico. Ada berbagai faksi yang bertentangan, hubungan bilateral dan multilateral, ekspor impor, kesejahteraan penduduk pulau dan faktor-faktor lain yang sangat mirip dalam memimpin negara.
Tropico, salah satu game tentang memimpin suatu negara, pulau lebih tepatnya, dapat membuat kita merasakan sulitnya memimpin sekelompok orang, satu pulau. Memimpin sekelompok orang bukan hal yang mudah, mengatur mereka, memberi contoh yang baik, menerima setiap aspirasi. Apalagi memimpin suatu negara? Di game ini kita hanya memimpin suatu pulau, walaupun begitu, cukup kompleks, alur kepemimpinan di Tropico. Ada berbagai faksi yang bertentangan, hubungan bilateral dan multilateral, ekspor impor, kesejahteraan penduduk pulau dan faktor-faktor lain yang sangat mirip dalam memimpin negara.
"I cannot give you the formula for success, but I can give you the formula for failure: which is: Try to please everybody."
Herbert B. Swope
Ya, jika seorang pemimpin berusaha menyenangkan semua orang, "failure" yang akan didapat. Karena tidak semua pengikut memiliki kepentingan yang sama. Pasti ada golongan yang tidak puas terhadap kepemimpinan seseorang, tetapi apa boleh buat, yang bisa dilakukan untuk orang-orang yang merasa dirugikan adalah kompensasi, atau mungkin hiburan. Seperti BLT mungkin contohnya, contoh yang kurang baik.
Napoleon Bonaparte, ia memiliki banyak pengikut setia, ia dapat menaklukkan Italia dalam ekspedisinya, salah satu faktornya, sebagian besar mungkin, adalah pengikut yang memiliki visi dan semangat yang sama dengan Napoleon, prajurit-prajurit Napoleon banyak yang sangat setia kepada beliau.
Jenderal-jenderalnya juga, Alan de Soison, yang mendukungnya sampai ia berbeda pendapat dengan Napoleon, Ney, Soult, MacDonald, yang bergabung kembali dengannya sekembalinya dari pengasingan di pulau Elba. Sayangnya kejatuhannya menurut penulis, adalah karena kemampuan diplomasi yang kurang baik, kurang fleksibel, dan ambisinya menguasai seluruh eropa.
![]() |
Jenderal Soedirman saat tiba di Yogyakarta, 19 Juli 1949 |
Memang, seorang pemimpin tidak mungkin menyenangkan semua pihak, tetapi
mengecewakan banyak pihak, dapat berubah menjadi pemberontakan.
Mengecewakan sebagian besar pihak, atau membuat banyak musuh, dapat
menjadi kudeta. Bahkan Tropico dapat menyimulasikan keadaan ini.
Di awal-awal kekuasaannya Napoleon membuat kebijakan-kebijakan hebat, perbaikan ekonomi, perbaikan undang-undang, penguatan militer. Tetapi begitu diproyeksikan ke jangka menengah dan panjang, ada kebijakan-kebijakannya yang berakibat kurang baik, penambahan kekuatan militer, membuat bibit musuh di dalam dan luar negara. Saat pergerakan Napoleon mulai membuat gerah negara tetangga, dan membuat celah di dalam negeri, musuhnya di dalam negeri membuat kudeta, musuhnya di luar membuat koalisi untuk menjatuhkannya.
Kestabilan dalam suatu kelompok banyak dipengaruhi pengikut, dalam berbagai golongan. Banyak pengikut yang berambisi menjadi pemimpin menghalalkan segala cara untuk menjadi pemimpin. Saat dia memimpin, mencari keuntungan pribadi sebanyak-banyaknya, melupakan nantinya ia akan menjadi pengikut, melupakan esensi seorang pemimpin.
Bagi pembaca yang masih pengikut, sekarang adalah pemimpin dirinya sendiri (klise), jadilah pengikut yang mendukung pemimpinnya. Lalu nantinya saat menjadi pemimpin, samakan (paling tidak miripkan) visi dengan pengikut, satukan pengikut, stabilkan keadaan, dan tugas-tugas lain seorang pemimpin, jangan sampai menjadi pemimpin yang ditakuti, bahkan dibenci pengikut. Jadilah fleksibel, saat memimpin maupun dipimpin, karena fleksibilitas yang baik dapat membuat lawan menjadi kawan.
"I am a man of fixed and unbending principles, the first of which is to be flexible at all times."
Everett Dirksen
"To lead people, walk beside them … As for the best leaders, the people do not notice their existence. The next best, the people honor and praise. The next, the people fear; and the next, the people hate … When the best leader’s work is done the people say, ‘We did it ourselves!"
Lao-Tzu
Jumat, 28 September 2012
Mengukir Asa
haruskah menyeragamkan yang tak perlu diseragamkan?
euforia dan kekuasaan dapat membuat racun dalam hati
sesuatu yang keras akan sulit menembus yang keras
beragamnya manusia membuat sebuah kesadaran
banyak hal yang jelas lalu dikelabukan
banyak hal yang bengkok, memang harus bengkok
tetapi dipaksa diluruskan
cepat datangnya cepat pula perginya
kedekatan tidak bisa ditempa
di saat jauh akan sulit didekatkan
tetapi saat dekat semakin menjauh
jangan menempa, mengukir
euforia dan kekuasaan dapat membuat racun dalam hati
sesuatu yang keras akan sulit menembus yang keras
beragamnya manusia membuat sebuah kesadaran
banyak hal yang jelas lalu dikelabukan
banyak hal yang bengkok, memang harus bengkok
tetapi dipaksa diluruskan
cepat datangnya cepat pula perginya
kedekatan tidak bisa ditempa
di saat jauh akan sulit didekatkan
tetapi saat dekat semakin menjauh
jangan menempa, mengukir
Langganan:
Postingan (Atom)