Wajahnya jenaka
Sedang memasak
Sembari mengaduk
Ia mengusirku pelan
Aku kan hanya melihat
Kenapa harus diusir
Pikirku
Pikiran bocah
Tapi kuturuti juga
Karena dia bintangku
Lalu ku kembali
Kudapati wangi yang menggoda
Perut tak berisi
Ibu, aku lapar
Iya, sebentar lagi masak
Dan ia membiarkanku
Menemaninya di dapur
Sungguh
Tak kudapati lelah di wajahnya
Takkan kulupa
Saat-saat kami
Hanya berdua
Menunggu masak
Suapan nasi
Perut yang kenyang
Dan tidur siang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar