Penganut fatalisme percaya, manusia tidak memiliki kemampuan merubah takdirnya, dengan kata lain tidak mempunyai free will. Salah satu pemikiran fatalisme adalah manusia bebas memutuskan tetapi pada akhirnya menuju satu tujuan yang tetap, tidak dapat diubah. C.S. Lewis pernah mengemukakan pendapatnya dalam buku Mere Christianity mengenai Tuhan berada di luar waktu kita. Menurutnya, Tuhan bukan "mengetahui" apa yang akan terjadi, tetapi mengamati yang terjadi dalam "waktu" kita, karena Tuhan berada di luar waktu, dalam arti tidak terpengaruh waktu. Sehingga segala perbuatan manusia sesungguhnya diketahui oleh-Nya.
Pemikiran fatalisme dapat berubah menjadi defeatism, yaitu pasrah pada segala keadaan sehingga tidak mau berusaha, karena mereka percaya apapun yang mereka lakukan tidak ada gunanya. Selain fatalisme terdapat pula determinisme. Determinisme percaya bahwa sesungguhnya segala sesuatu yang terjadi sudah ditentukan sebelumnya oleh peristiwa-peristiwa dan hukum alam melalui hubungan sebab-akibat. "History repeats itself", sejarah akan terus berulang dikarenakan peristiwa sebab-akibat yang terus berlangsung, dengan pola yang mirip atau bahkan sama.
Dunia "ilmu pengetahuan" memiliki pemikiran sendiri mengenai free will. Di dalam penelitian yang berhubungan dengan "neuroscience", diketahui segala pemikiran, emosi, tindakan yang kita lakukan ditentukan aktivitas neuron otak dan sistem endokrin dalam tubuh. Bahkan sebelum kita sadar ingin melakukan sesuatu, dapat diprediksi apa yang akan kita lakukan dengan mengamati aktivitas neuron otak dan endokrin dalam tubuh. Jadi sesungguhnya manusia dikendalikan secara otomatis oleh tubuhnya, yang dipengaruhi stimulasi dari luar.
Berbeda dengan, pemikiran-pemikiran di atas, umat Muslim mempercayai adanya qada dan qadar, takdir. Takdir ada yang dapat diubah dan ada yang tidak dapat diubah. Takdir yang tidak dapat diubah sudah ditentukan dalam Lauhul Mahfudz. Tetapi benarkah ada takdir yang dapat diubah? Atau sebenarnya seluruh takdir sudah ditentukan sebelumnya?
"Al-Qur’an memang menyebutkan tentang takdir, tapi jika hanya mengutip kata-kata Qur’an sebenarnya tidaklah cukup. Ada orang yang mampu menghafal ke 6.666 ayat, tapi hanya menghafalkan tidak akan memberikan kebaikan apa-apa. Setiap huruf dalam Qur’an memiliki rahasia didalamnya. Kebenaran Tuhan ada di setiap hurufnya, sebagai sebuah rahasia di dalam rahasia, dan kita harus membuka setiap rahasia satu demi satu, maka barulah kita akan mengerti. Tapi merupakan hal yang mustahil untuk memahami isi Qur’an seluruhnya. Sampai kapan pun, bagaimanapun perubahan yang terjadi di dunia ini, Qur’an akan senantiasa ada, demikian pula rahasia-rahasia yang ada di dalamnya. Dan di dalam rahasia itu, masih ada rahasia lagi." [1]Jika memang takdir sudah ditentukan sebelumnya untuk segala perbuatan dan kejadian, maka untuk apa ada pertanggungjawaban di akhirat? Karena tanpa kebebasan berpikir dan bertindak manusia tidak memiliki tanggung jawab, semua sudah diatur. Maka sesungguhnya manusia memiliki kebebasan dalam hidupnya untuk menentukan kepercayaannya, tindakannya, dan perbuatannya, tetapi hasil dari semua itu bukan mereka yang menentukan.
[1] http://surrender2god.wordpress.com/2007/03/28/memahami-takdir/
Sumber:
http://en.wikipedia.org/wiki/Fatalism
http://en.wikipedia.org/wiki/Theological_fatalism
http://en.wikipedia.org/wiki/Defeatism
http://plato.stanford.edu/entries/determinism-causal/
http://en.wikipedia.org/wiki/Neuroscience
http://thinkingdeeply.org/2014/06/21/free-will/
http://abihumaid.wordpress.com/2011/03/03/memahami-qadha-dan-qadar-ketentuan-dan-takdir-allah/
http://id.wikipedia.org/wiki/Takdir
http://surrender2god.wordpress.com/2007/03/28/memahami-takdir/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar