AFTA atau ACFTA sudah mengancam pasar pangan Indonesia. Coba aja, masa harga jeruk dari Cina bisa lebih murah dari harga jeruk lokal? Apakah mereka menggunakan "cheat"? Tentu tidak, ini hasil dari integrasi pemerintah dengan industri di negerinya. Di ForBis dibahas masalah-masalah di dalam negeri yang menyebabkan harga komoditi lokal lebih mahal dari barang impor.
Jelas lebih mahal, bahan pangan dari luar Jawa atau luar Jakarta bisa melalui 7 distributor sebelum sampai ke konsumen di Jakarta, ada pula penyelundupan dan pemalsuan pupuk yang merugikan petani, juga hasil produksi pangan di Indonesia yang belum mencapai skala industri, terutama holtikultura, yang menyebabkan industri-industri di Indonesia mengutamakan barang impor. Tetapi sesungguhnya produk Indonesia memiliki kelebihan yaitu banyak diantaranya memiliki kualitas lebih bagus dari produk impor.
Juga dibahas kebijakan-kebijakan IMF, WTO, dan kebijakan luar negeri lainnya yang menguntungkan pihak asing. Jika negara lebih memihak kepentingan asing, bagaimna nasib rakyatnya sendiri? Di Jepang beras lokal lebih mahal dari beras impor, tetapi pemerintah Jepang tidak mengimpor beras dan rakyatnya pun membeli beras lokal yang lebih mahal itu secara otomatis. Bahkan hingga taraf kelangkaan beras, Jepang masih belum mengimpor beras, sungguh merupakan contoh pemerintah yang memperhatikan petaninya!
Shinzo Abe, PM Jepang 2012-sekarang |
Kita saat ini dituntut untuk lebih mencintai dan membeli produk lokal daripada produk impor. Tetapi bahkan hal ini ada kendalanya, kalau belanja di supermarket sudah jelas ada labelnya mana barang impor atau lokal, nah kalau di pasar, siapa yang tau mana barang impor atau lokal? Kecuali tentu saja penjualnya menyebutkan.
Salah satu solusinya mungkin, propaganda "Cintai Produk Indonesia" harus ditargetkan tidak hanya ke konsumen, tetapi juga kepada distributor dan industri pangan olahan, bahkan lebih hebat lagi jika ditanamkan mulai dari SD, SMP, dst.
CINTAI PRODUK INDONESIA!