Sabtu, 10 Maret 2012

Keraguan pada Kompetensi Wartawan

“Ketika tahun 1989 di Boston terjadi sebuah peristiwa menggegerkan, penembakan seorang wanita di dalam sebuah mobil, sebuah harian The Boston Globe mengarahkan liputannya ke orang-orang kulit hitam. Tapi ternyata sang suami sendiri yang menembak isterinya itu”

Saya sebenarnya belum tahu kejadian di atas sebelum membaca artikel Dewi Damayanti di Kompasiana. Melalui kutipan diatas kita bisa tahu bahwa harian tersebut tidaklah melaporkan kebenaran dalam beritanya. Jika suatu koran, majalah, tabloid, harian ataupun mingguan tidak membawa kebenaran dalam beritanya, ke mana lagi masyarakat harus mencari informasi?

 Dalam artikel Terkait Kasus DW, Apakah Para Wartawan Telah Menjunjung Tinggi Profesionalisme?, terdapat pembahasan yang bagus sekali mengenai jurnalis negeri kita, majalah T*mpo khususnya, yang memuat berita tanpa terlebih dahulu mencari kebenarannya, sangat mengecewakan karena majalah tersebut sudah berdiri sejak 1971


"Penulis teringat obrolan dengan seorang teman wartawan terkait kasus DW ini. Yang menjadi pertanyaan penulis ketika itu, kenapa pemberitaan kasus DW ini tidak berimbang dan cenderung bias, apakah pihak DW sebelumnya telah dimintai konfirmasi? Rekan itu bercerita bahwa mereka telah mencoba menghubungi DW tapi tidak berhasil, bahkan pengacaranya pun melakukan aksi tutup mulut. Dan saya pun terhenyak. Kenapa? Setelah berita yang diturunkan sedemikian gencarnya dan opini yang dibuat telah menggiring DW menjadi tersangka –walaupun belum terbukti- , kini pihak media baru ingin melakukan konfirmasi? Come on. Akhirnya saya katakan jika saya jadi DW, saya pun akan tutup mulut. Untuk apa lagi saya bicara? Untuk menaikkan rating koran-koran dan tabloid? Untuk apa lagi bicara, jika media massa telah memiliki kebenaran sendiri."

Kutipan di atas menggambarkan bagaimana tidak kompetennya  wartawan tersebut. Bagaimana kita bisa mempercayai berita-berita yang ada di koran, majalah, dan tabloid sekarang jika kebenarannya seperti di atas? Marilah kita bersikap lebih kritis terhadap berita-berita di berbagai media mulai sekarang.


Mengutip seperlunya dari Artikel Kompasiana

Tidak ada komentar: